Minggu, 31 Agustus 2014

KISAH CINTA SHAFURA

Ribuan tahun lalu, ada seorang wanita bernama Shafura. Ayahnya adalah sesepuh di kota tempat mereka tinggal. Dan karena tuanya, ia dan saudarinya membantu sang Ayah untuk melakukan pekerjaan sehari-hari.

Di suatu siang, ketika sedang menunggu giliran untuk mengambil air bagi ternaknya Shafura dan saudarinya bertemu dengan seorang pemuda gagah yang dengan ramah bertanya:

"Apa yang kalian berdua lakukan?"

Shafura dan saudarinya kemudian menjawab bahwa mereka hendak memberi minum hewan ternaknya, tetapi harus mengantri sedangkan Ayah mereka sudah tua.

Maka sang pemuda pun membantu memberi minum hewan ternak mereka.

Tidak ada yang tahu bahwa sang pemuda adalah buronan dari negeri lain dengan dakwaan pembunuhan.

Sang pemuda adalah seorang pembunuh.

***

Sepulang dari pertemuan tersebut, Shafura bercerita kepada Ayahnya tentang sang pemuda. Ayahnya, sang sesepuh kota, mengutus Shafura untuk menyampaikan undangan makan bersama keluarga kecil mereka.

Maka berangkatlah Shafura, berjalan malu-malu.

Sang pemuda, yang memang sedang kelaparan, menerimanya dengan senang hati. Maka dia pun makan bersama keluarga kecil itu. Diceritakanlah segala kisah hidupnya.

Termasuk bahwa dia adalah seorang pembunuh yang dalam pelarian.

Mengapa dia sampai membunuh? Rupanya, ketika hendak menolong orang yang sedang berkelahi, dia tidak sengaja meninju salah satu pihak yang bertikai sampai meninggal.

Ayahnya berkata kepada sang pemuda bahwa dia tidak perlu takut lagi menjadi seorang buronan. Dia telah sampai di kota yang aman, dengan bantuan sang sesepuh.

Shafura memanggil Ayahnya dengan panggilan sayang, demi meminta sang pemuda untuk bekerja bagi keluarga mereka. Shafura memandang bahwa sang pemuda adalah orang yang kuat lagi terpercaya.

Rupanya, sang sesepuh kota bahkan hendak mengangkat si pemuda menjadi bagian dari keluarga mereka, sebagai menantu. Dengan syarat, sang pemuda bersedia bekerja untuk mereka selama 8 tahun.

Maka demikianlah, Shafura menikah dengan si pemuda.

Kisah cinta yang manis sekali. Tetapi bahkan kisah selanjutnya lebih menakjubkan.

***

Karena kebaikan hati si pemuda, dia genapkan waktu 8 tahun syarat menikah menjadi 10 tahun. Dan sesudah waktu 10 tahun, sang pemuda, yang kini menjadi pria dewasa, siap membangun keluarga mandiri dalam perantauan.

Dalam perjalanan, di suatu malam yang sepi, dingin dan gelap gulita, Suaminya berkata kepada Shafura,

"Tunggulah di sini. Sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat memberi kabar kepadamu atau sepercik api untuk menghangatkan diri."

Shafura tidak tahu bahwa itu adalah malam penentuan, yang akan mengubah hidup mereka selamanya.

Karena, di malam itu, suaminya, bertemu langsung dengan Tuhan, Penguasa sekalian alam.

Nama suaminya, dalam bahasa Ibrani, berarti 'dia yang berasal dari sungai: Musa, 'alaihi salam.

***

Al-Quran jarang sekali menulis kisah cinta. Dan ketika menuliskannya, kita tidak akan menemukan pemuda yang galau atau pemudi yang meratap karena cinta.

Tidak.

Yang kita temukan adalah pemuda yang bertaubat atatas dosa masa lalunya, menata hidup baru, berdoa kepada Tuhannya, bekerja keras, dan ikhlas pada ketetapan Tuhannya.

Yang kita jumpai adalah pemudi yang berbakti kepada orang tuanya, taat pada perintah mereka, menyayangi mereka dan menjaga pergaulannya dengan lawan jenis.

Frase 'tamsyii 'alaa istihyaa-i' yang digunakan dalam A-QUran untuk menggambarkan tingkah laku Shafura ketika menyampaikan undangan dari Ayahnya kepada Musa adalah frase yang indah sekali:

Berjalan sambil malu-malu.

Dan tahukah kalian apa yang dilakukan Musa hingga nasibnya berubah 180 derjat, dari seorang buronan menjadi pemuda beruntung mendapatkan istri shalihah?

Nabi Musa amat senang membantu sesama, dan giat bekerja.

TIdak hanya itu, perhatikan doa-doanya:

"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku."

"Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang zhalim itu."

"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku."

Betapa Musa tidak pernah lepas ingatannya dari Tuhannya!

***

Seandainya pemuda dan pemudi sekarang merenungkan kisah cinta Nabi Musa, tentu mereka tidak perlu galau lagi.

Ada urusan yang jauh lebih besar daripada cinta-cintaan anak muda. Dalam hal Nabi Musa, urusan itu adalah dakwah, menyampaikan kebaikan menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran.

Maka, anak muda yang sudah pernah merasakan celupan dakwah, tidak sepantasnya berlarut-larut dalam kegalauan cinta.

Saatnya bangun dan mengejar impian menggapai cita Ilahi.

diambil dari tulisan Eka Nugraha