Pada suatu hari Abdurrahman
bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah
jalan, ia melihat seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama
Laila bintu Al Judi. Tanpa diduga dan dikira, panah asmara Laila melesat dan
menghujam hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu. Maka sejak hari
itu, Abdurrahman radhiallahu ‘anhu mabok kepayang karenanya, tak kuasa menahan
badai asmara kepada Laila bintu Al Judi. Sehingga Abdurrahman radhiallahu ‘anhu
sering kali merangkaikan bair-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan hatinya.
Berikut di antara bait-bait syair yang pernah ia rangkai:
Aku senantiasa teringat
Laila yang berada di seberang negeri Samawah
Duhai, apa urusan Laila
bintu Al Judi dengan diriku?
Hatiku senantiasa
diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita
Paras wajahnya slalu
membayangi mataku dan menghuni batinku.
Duhai, kapankah aku dapat
berjumpa dengannya,
Semoga bersama kafilah
haji, ia datang dan akupun bertemu.
Karena begitu sering ia
menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin Al Khattab radhiallahu
‘anhu merasa iba kepadanya. Sehingga tatkala beliau mengutus pasukan perang
untuk menundukkan negeri Syam, ia berpesan kepada panglima perangnya: bila
Laila bintu Al Judi termasuk salah satu tawanan perangmu (sehingga menjadi
budak), maka berikanlah kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu. Dan subhanallah,
taqdir Allah setelah kaum muslimin berhasil menguasai negeri Syam, didapatkan
Laila termasuk salah satu tawanan perang. Maka impian Abdurrahmanpun segera
terwujud. Mematuhi pesan Khalifah Umar radhiallahu ‘anhu, maka Laila yang telah
menjadi tawanan perangpun segera diberikan kepada Abdurrahman radhiallahu
‘anhu.
Anda bisa bayangkan, betapa
girangnya Abdurrahman, pucuk cinta ulam tiba, impiannya benar-benar kesampaian.
Begitu cintanya Abdurrahman radhiallahu ‘anhu kepada Laila, sampai-sampai ia
melupakan istri-istrinya yang lain. Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang
sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun mengadukan perilaku Abdurrahman
kepada ‘Aisyah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan
saudari kandungnya.
Menyikapi teguran
saudarinya, Abdurrahman berkata: “Tidakkah engkau saksikan betapa indah
giginya, yang bagaikan biji delima?”
Akan tetapi tidak begitu
lama Laila mengobati asmara Abdurrahman, ia ditimpa penyakit yang menyebabkan
bibirnya “memble” (jatuh, sehingga giginya selalu nampak). Sejak itulah, cinta
Abdurrahman luntur dan bahkan sirna. Bila dahulu ia sampai melupakan
istri-istrinya yang lain, maka sekarang iapun bersikap ekstrim. Abdurrahman
tidak lagi sudi memandang Laila dan selalu bersikap kasar kepadanya. Tak kuasa
menerima perlakuan ini, Lailapun mengadukan sikap suaminya ini kepada ‘Aisyah
radhiallahu ‘anha. Mendapat pengaduan Laila ini, maka ‘Aisyahpun segera menegur
saudaranya dengan berkata:
يا عبد الرحمن لقد أحببت ليلى وأفرطت، وأبغضتها فأفرطت، فإما أن تنصفها، وإما أن تجهزها إلى أهلها، فجهزها إلى أهلها.
“Wahai Abdurrahman, dahulu
engkau mencintai Laila dan berlebihan dalam mencintainya. Sekarang engkau
membencinya dan berlebihan dalam membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih:
Engkau berlaku adil kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya.
Karena didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun
memulangkan Laila kepada keluarganya. (Tarikh Damaskus oleh Ibnu ‘Asakir 35/34
& Tahzibul Kamal oleh Al Mizzi 16/559)
Bagaimana saudaraku! Anda
ingin merasakan betapa pahitnya nasib yang dialami oleh Laila bintu Al Judi?
Ataukah anda mengimpikan nasib serupa dengan yang dialami oleh Abdurrahman bin
Abi Bakar radhiallahu ‘anhu?
Tidak heran bila nenek
moyang anda telah mewanti-wanti anda agar senantiasa waspada dari kenyataan
ini. Mereka mengungkapkan fakta ini dalam ungkapan yang cukup unik: Rumput
tetangga terlihat lebih hijau dibanding rumput sendiri.
cuplikan dari muslimah.or.id