Kamis, 03 Juli 2014

Surat Terakhir Seorang Supir Truk

Jalanan Steamboat Mountain seperti pembunuh, dan sopir truk yang menyusuri jalan raya Alaska memperlakukannya dengan hormat, terutama di musim dingin.

Tikungan dan belokan jalan di gunung itu dan tebingnya yang curam menukik

tajam dari jalanan berlapis es. Tak terhitung truk dan sopir truk yang

tersesat di situ dan masih banyak lagi yang diyakini akan mengikuti jejak

terakhir mereka.
Dalam suatu perjalanan di jalan raya itu, aku bertemu

dengan Royal Canadian Mounted Police (polisi Kanada) dan beberapa mobil

Derek menarik sisa sebuah mobil menaiki tebing terjal. Aku memarkir trukku

dan menghampiri sekelompok sopir truk yang diam mengawasi mobil hancur yang

mulai muncul dari jurang. Salah seorang polisi menghampiri kami dan berkata

perlahan, "Saya minta maaf," katanya, "Sopirnya sudah meninggal saat kami

menemukannya. Ia pasti melampaui jalan ini dua hari yang lalu waktu ada

badai salju yang buruk. Tak terlihat banyak jejak. Untung kami melihat sinar

matahari memantulkan logamnya." Ia menggelengkan kepalanya perlahan dan

merogoh saku mantelnya. "Ini.. mungkin kalian sebaiknya membaca ini.

Rupanya dia masih hidup beberapa jam sebelum mati kedinginan."


Aku belum pernah melihat polisi berlinangan air mata. Aku selalu menyangka

mereka sudah sering melihat kematian dan kesusahan sehingga mereka sudah

kebal, tapi ia menghapus air mata saat ia menyerahkan surat itu kepadaku.

Selagi aku membacanya, aku mulai menangis. Semua supir terdiam membaca kata2

itu, lalu berjalan kembali ke truknya masing2. Kata-kata itu terpatri dalam

ingatanku, dan sekarang, bertahun2 kemudian, surat itu masih terlihat jelas

seakan aku memegangnya di hadapanku. Aku ingin berbagi yang diceritakan

surat itu dengan Anda dan keluarga Anda.


Desember, 1974


Istriku yang tercinta,


Tak ada orang yang ingin menulis surat seperti ini, tapi aku cukup beruntung

memiliki kesempatan untuk mengatakan apa yang sering lupa kukatakan. Aku

mencintaimu, Sayang. Kamu sering berkelakar bahwa aku lebih mencintai truk

daripada kamu karena aku lebih banyak menghabiskan waktu dengannya. Aku

memang mencintai mesin ini - ia baik padaku. Ia menemaniku dalam masa sulit

dan tempat yang sulit. Aku selalu dapat mengandalkannya dalam perjalanan

panjang dan ia dapat melaju cepat. Ia tak pernah mengecewakanku. Tapi, tahu

tidak? Aku mencintaimu karena alasan yang sama.Kamu juga selalu menemaniku

dalam waktu yang sulit dan tempat yang sulit.


Ingat truk kita yang pertama? Truk rongsokan yang selalu membuat kita

bangkrut, tapi yang selalu mengumpulkan cukup uang untuk kita makan? Kamu

harus mencari pekerjaan supaya kita dapat membayar sewa rumah dan bon

tagihan. Setiap sen yang kuhasilkan dipakai untuk truk, sementara uangmu

memberi kita makanan dan atap untuk bernaung. Aku ingat aku pernah

mengeluhkan truk itu, tapi aku tak pernah mendengarmu mengeluh waktu pulang

kerja dengan lelah dan aku meminta uang darimu untuk pergi lagi. Seandainya

pun kamu mengeluh, mungkin aku tak mendengarnya. Aku terlalu terlena oleh

masalahku sendiri sehingga tak pernah memikirkan masalahmu. Aku

memikirkannya sekarang, semua yang kau korbankan untukku. Pakaian, liburan,

pesta, teman. Kamu tak pernah mengeluh dan entah bagaimana aku tak pernah

ingat untuk berterima kasih padamu untuk menjadi dirimu. Saat aku duduk

minum kopi bersama teman2, aku selalu membicarakan trukku,kendaraanku,

pembayaranku. Rupanya aku lupa bahwa kamu adalah mitraku meskipun kamu tak

berada bersamaku. Pengorbanan dan keteguhan hati dari pihakku dan dari pihakmu jugalah yang akhirnya membelikan kita truk baru. Aku begitu bangga dengan truk itu hingga rasanya seperti ingin meledak. Aku bangga akan dirimu juga, tapi aku tak pernah mengatakannya. Aku menganggap kamu pasti sudah tahu, tapi andai aku melewatkan waktu untuk akan mengatakannya. Bertahun-tahun selama aku mendera aspal, aku selalu tahu doamu mengiringiku. Tapi kali ini doa ini tidak cukup. Aku cedera parah.


Ini perjalananku yang terakhir dan aku ingin mengatakan semua yang

seharusnya kukatakan sebelumnya. Hal yang terlupakan karena aku terlalu sibuk dengan truk dan pekerjaan. Aku memikirkan ulang tahunmu dan ulang tahun pernikahan kita yang terlupakan. Drama sekolah dan pertandingan hoki yang kauhadiri sendirian karena aku sedang di jalanan. Aku memikirkan malam2 sepi yang kau lewatkan seorang diri, bertanya-tanya di mana aku berada dan bagaimana keadanku. Aku memikirkan semua saat aku ingin meneleponmu hanya untuk menyapa tapi tak pernah jadi. Aku memikirkan perasaanku yang damai karena tahu kamu berada di rumah bersama anak2 menungguku. Tiap kali ada makan malam keluarga, kau selalu harus

menghabiskan seluruh waktumu untuk menjelaskan kepada orang tuamu mengapa aku tak dapat hadir. Aku sibuk mengganti oli; aku sibuk mencari onderdil; aku sedang tidur karena harus berangkat pagi2 esoknya. Selalu ada alasan, tapi rasanya sekarang alasan itu tak Begitu penting.


Waktu kita menikah, kamu tak tahu cara mengganti lampu. Tapi, setelah beberapa tahun, kamu mampu memperbaiki perapian selagi badai, sementara aku menunggu muatan di Florida. Kamu menjadi montir yang cukup baik, membantuku memperbaiki, dan aku bangga sekali akan dirimu waktu kamu melompat ke dalam truk dan mundur melindas semak mawar. Aku bangga akan dirimu saat aku masuk ke halaman dan melihatmu tidur di mobil menungguku.


Apakah itu jam dua subuh atau jam dua siang, kamu selalu kelihatan seperti seorang bintang film bagiku. Kamu cantik sekali. Mungkin aku tak mengatakannya akhir2 ini, tapi kamu memang cantik.


Aku banyak berbuat kesalahan dalam hidupku, tapi seandainya aku pernah mengambil satu keputusan bagus, itu adalah saat aku melamarmu. Kamu tak akan pernah bisa mengerti apa yang membuatku terus mengemudikan truk. Aku juga tak mengerti, tapi itulah cara hidupku. Masa susah, masa senang, kamu selalu ada. Aku mencintaimu, Sayang, dan aku mencintai anak-anak. Tubuhku sakit, tapi hatiku jauh lebih sakit. Kamu tak akan hadir saat aku mengakhiri

perjalanan ini. Untuk pertama kalinya sejak kita bersama, aku benar2

sendirian dan aku takut. Aku sangat membutuhkanmu, dan aku tahu sudah terlambat. Lucu juga ya, tapi yang kumiliki sekarang adalah truk ini. Truk terkutuk ini yang mengatur hidup kita begitu lama. Baja rongsok tempatku hidup selama bertahun-tahun. Tapi truk ini tak dapat membalas cintaku. Hanya kamu yang bisa. Kamu beribu mil jauhnya, tapi aku merasakan dirimu bersamaku di sini. Aku dapat melihat wajahmu dan merasakan cintamu dan aku takut melakukan perjalanan terakhir ini sendirian. Katakanlah pada anak-anak bahwa aku sangat mencintai mereka dan jangan ijinkan mereka bekerja sebagai supir truk. Mungkin cuma itu, Manis. Ya Tuhan, aku betul-betul mencintaimu.

Jagalah dirimu dan ingatlah selalu bahwa aku mencintaimu melebihi segala yang ada dalam hidup ini. Aku cuma lupa mengatakannya.


Aku mencintaimu,

Bill