Sabtu, 26 April 2014

KHAULAH BINTI AZUR


Wanita Pejuang Pembela Agama Allah

Perempuan sahabat Rasulullah itu bernama Khaulah binti Azur. Sejak kecil ia pandai memainkan pedang dan tombak. Ia rajin mengasah ketrampilannya itu sampai tiba waktunya berperang membela tegaknya islam bersama para mujahidah lainnya.
Di awal mengikuti rombongan pasukan Islam, ia selalu di barisan belakang. Tugasnya menyiapkan logistik pasukan dan mengobati yang terluka. Ia memberikan semangat kepada pasukan yang akan berperang.

Suatu saat, Khaulah melihat pasukan islam terdesak dan banyak yang gugur, maka tidak ada pilihan lain bagi wanita yang bergelar  “ksatria berkuda hitam”, itu kecuali ikut berperang membantu pasukan Islam. Ia tidak ingin tubuhnya dijamah kaum kafir, apalagi menjadi rampasan perang dan dijadikan budak.
Meskipun wanita, ia tunjukkan keberanian dan semangatnya dalam berperang melawan musuh Allah. Sejak itulah, ia sering terjun ke medan pertempuran dengan menutup mukanya karena tidak ingin diketahui apabila dia seorang wanita. Kepahlawanan Khaulah juga terlihat ketika ia membebaskan saudara lelakinya Dhihar bin Al-Azur dari kaum kafir. Saat itu, pasukan Islam yang dipimpin  khalid bin walid menyerbu wilayah Ajnadin, Romawi. Pasukan Romawi dipimpin Theodore, menghalangi pasukan Islam dari sisi utara Syam.
Ketika kedua pasukan bertempur dengan sangat hebat, tiba-tiba terdengar berita bahwa Dhihar bin Al-Azur, salah satu pejuang muslim yang gagah berani, itu ter tawan musuh. Tertangkapnya Dhihar ini membuat panglima Khalid bin walid sangat marah.
Perang berikutnya kian dahsyat. Di tengah pasukan Islam tampak tentara bercadar bertempur dan menewaskan pasukan Romawi pun ketakutan sehingga barisan mereka melemah.
Panglima Khalid bin Walid heran dan penasaran dengan orang tersebut . kemudian di tengah pertampuran itu, Khalid mendekatinya dan bertanya kepada orang bercadar itu, “siapakah kamu?” tapi prajurit bercadar itu mengelak dan terus menjauh. Khalid pun mengejarnya lagi dan mendesaknya dengan pertanyaan yang sama. Kemudian ia menjawab, “wahai panglima perang yang mulia, aku tidak menghindar darimu kecuali aku merasa malu padamu. Anda seorang panglima besar, ditakuti musuh disegani kawan, sedangkan aku hanyalah seorang wanita bercadar. Aku adalah Khaulah binti Al-Azur. Aku sedang bersama kaumku. Kemudian datang seorang memberi kabar bahwa saudaraku Dhihar tertangkap pasukan Romawi. Kemudian akupun langsung mengambil kuda dan melakukan seperti yang anda lihat sekarang ini.”
          Mendengar hal tersebut, hati Khalid menjadi sedih bercampur heran: mengapa sampai ada seorang wanita ikut keluar berjihad dengan gigihnya untuk menyelamatkaan saudaranya yang tertawan? Maka Khalidpun berjanji akan menyelamatkan Dhihar.
Pada pertempuran berikutnya, Khaulah kembali kehilangan Dhihar untuk kedua kalinya. Kemudian ia memohon kepada panglima Khalid agar membebaskannya sekali lagi. Khalid menyatakan, itu sudah menjadi kewajiban.
Lalu pasukan Islampun segera melancarkan serangan besar-besaran. Mereka mengepung benteng pertahanan musuh di kota antioka. Dhihar yang tertawan di kota itu akhirnya dapat diselamatkan. Tapi Allah berkehendak lain. Ketika upaya penyelamatan Dhihar dan pasukan lain yang tertawan, Khaulah dan beberapa wanita justru tertawan sementara Dhihar telah.
Khaulah pantang menyerah dan melakukan pemberontakan. Pada saat pasukan Romawi banyak yang keluar untuk berperang menghadapi pasukan Islam, kepada muslimah lainnya Khaulahpun berseru :wahai putri-putri Himyar, keturunan-keturunan Tuba “Apakah kalian rela terhadap orang-orang kafir yang akan menjamah kalian dan anak anak kalian dijadikan budak mereka? Lebih baik kita mati daripada menjadi budak hina dan pelayan Romawi!”
Khaulah dan wanita-wanita lainnya kemudian mengambil tiang-tiang yang menjadi penyangga perkemahan Romawi dan menjadikannya sebagai senjata. Dengan keberanian, Khaulah dan para wanita muslimah lainnya terbebas dari tawanan musuh. à Fathurroji 

Diambil dari majalah Gontor edisi 12 tahun XI Jumadil Akhir 1435/April 2014.